Welcome to our site

welcome text --- Nam sed nisl justo. Duis ornare nulla at lectus varius sodales quis non eros. Proin sollicitudin tincidunt augue eu pharetra. Nulla nec magna mi, eget volutpat augue. Class aptent taciti sociosqu ad litora torquent per conubia nostra, per inceptos himenaeos. Integer tincidunt iaculis risus, non placerat arcu molestie in.

Lestarikan Peninggalan Bersejarah

Tuesday 5 October 2010

[caption id="attachment_7" align="alignnone" width="605" caption="Jangan Asal Jual Benda Bersejarah!"][/caption]

Rasanya sedih sekali kalau tahu banyak artifak-artifak dan benda-benda bersejarah di Museum-Museum Indonesia hanya replika, karena yang asli sudah dijual ke luar negeri, atau dicuri entah ke mana. Banyak keris-keris di Museum Keraton Surakarta bukanlah yang asli, yang lebih sedihnya lagi Sinuhun Paku Buwono XIII dituduh untuk memperbolehkan hal-hal ini untuk terjadi! Padahal Beliau tidak pernah menanda tangani surat-surat apapun mengenai penjualan barang-barang bersejarah Keraton ke luar negeri. Di perkebunan tebu di Desa Karangrejo, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar juga baru saja diketemukan patung Dewi Durga setinggi 80 cm yang kira-kira berasal dari tahun 700-900 Masehi. Ternyata setelah digali lagi, lebih banyak patung-patung tersebar di mana-mana di perkebunan tebu itu. Penduduk mulai percaya bahwa dulu mungkin tempat itu adalah sebuah kota kecil. Pemerintah Jawa Timur segera mengamankan tempat itu. Tetapi, adaaaaaaa saja pengusaha-pengusaha yang mencoba untuk mengambil patung-patung tersebut supaya bisa dijual dengan harga sangat mahal. Ada yang mencoba untuk menggali malam-malam... segala usaha dilakukan untuk mencuri patung-patung tersebut. Memang nilai sejarah dan nilai estetika dari patung-patung tersebut sangatlah tinggi, namun bisakah masyarakat kita mengerti bahwa peninggalan-peninggalan bersejarah ini sangat penting untuk membangun pribadi bangsa. Kadang orang bilang "yang masa lalu dibiarkan, kita pandang masa depan". Tapi kalau soal sejarah, kita bisa belajar dari masa lalu. Nenek moyang kitalah yang membentuk komunitas, budaya, tradisi, adat. Karena mereka, kita ada. Jadi jika ada benda bersejarah, diberi ke Museum saja, untuk dipelajari, diteliti, diperhatikan, dijaga, dan dilestarikan.

Alexia.

4 comments:

luc said...

I know... It's horrible, right?

This reminds me of a sad joke:
"What's the difference between Indonesia and xxx (name of a country)? Indonesia is rich in history (cultural artifacts) but has no future - xxx on the other hand, has no past but has a bright future ahead of them." (I know... Sad, right)

Well, things are actually worse considering what you told us above... Indonesia has neither past nor future. And the present is not particularly a breathtaker either, with all the traffic jams and high unemployment and crime rates. And when think things can't get any worse, our future is literally submerging under water, considering that ocean water is slowly but sure heading inland (it's predicted that large parts of jkt will go underwater in several decades time)

As the next generation, we're perhaps expected to fix problems such as this. But if we keep selling our foundations - that is, our historical artifacts - and abandon our rich cultural values, we are definitely plunging into certain death, both in literally and symbolically.

-Luc-

watatita said...

Yeah that's pretty sad, when people sell our past to think of their OWN future. We, as a country have a blurry future because we won't learn from the past - cause we're too busy selling 'em!

bambangasmoro said...

Inggih, Genduk Lexi, kula bombong lan mongkok, dene jaman samangke taksih wonten nem-neman ingkang ngaosi kabudayan jawi khususipun wayang. Mugi blog menika dadosa kaca brenggala lan pamecut dumateng para kadang kaneman sanesipun supados mboten keli lan kombak kumbul dening kemajenganing jaman.

watatita said...

Wah, matur sembah nuwun atas dukungannya, Mas Bambang :)

Post a Comment